• Jelajahi

    Copyright © Liputan Jateng
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Pendidikan Ruhani di Bulan Sya’ban - Andi Luqmanul Qosim, Lc., M.Pd.I

    Last Updated 2025-02-04T06:32:01Z





    Andi Luqmanul Qosim, Lc., M.Pd.I

     Dosen Universitas Terbuka dan Guru SMA Negeri 1 Parakan



    Tak terasa, bulan puasa akan kembali tiba. Rasa ketupat lebaran tahun kemarin seakan belum hilang dari lidah. Dan ternyata bulan Ramadhan sudah di depan mata.


    Umat Islam di seluruh dunia memang berharap dapat berjumpa dengan bulan Ramadhan. Sebab bulan ini adalah sebaik-baik bulan yang penuh dengan kemuliaan dan keberkahan serta bulan terbaik dalam dalam pendidikan ruhani bagi kaum muslimin.



    Namun sebelum memasuki bulan Ramadhan, ada bulan Sya’ban. Dalam kalender Jawa disebut sebagai bulan Ruwah. Umat Islam perlu mengetahui, bahwa bulan Sya’ban memiliki banyak keutamaan, baik dari penamaannya maupun amalan-amalan yang dapat dilaksanakan di dalamnya sehingga umat Islam dapat mengambil nilai-nilai pendidikan darinya.



    Sya’ban merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab (شعبان) yang terdiri dari lima huruf; syin, ‘ain, ba’, alif dan nun. Huruf syin adalah singkatan dari kata syaraf yang berarti kemuliaan, huruf ‘ain mewakili kata ‘uluwwi yang bermakna tingkat tinggi, huruf ba’ berasal dari kata birr yang berarti kebaikan, huruf alif merupakan singkatan dari kata ulfah yang mengandung makna kasih sayang dan terakhir adalah huruf nun dari kata nur yang berarti cahaya.



    Melalui singkatan dan kandungan dari setiap huruf yang ada dalam kata Sya’ban,  Allah  menjadikan bulan ini sebagai salah satu bulan mulia yang penuh dengan kebaikan serta kasih sayang kepada hamba-hambaNya. Tentunya, kebaikan dan kemuliaan ini dapat diperoleh dengan melaksanakan amalan-amalan yang dianjurkan dalam ajaran Islam.


    Amalan yang pertama adalah berpuasa. Rasulullah memberikan teladan kepada kita melalui hadits yang diriwayatkan Aisyah: “Tidaklah aku melihat Rasulullah berpuasa sebulan penuh kecuali Ramadhan, dan aku tidak melihat beliau berpuasa sebanyak pada bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari dan Muslim). Dalam hadits yang lain, Aisyah menyampaikan: “Bulan yang paling disenangi Rasulullah untuk berpuasa sunnah di dalamnya adalah bulan Sya’ban. Kemudian beliau menyambungnya dengan puasa Ramadhan.” (HR. Ahmad, Abu Daud dan Nasa’i).



    Selain puasa sunnah, Sya’ban juga menjadi bulan alternatif paling diminati untuk mengganti (qadha’) puasa bulan Ramadhan tahun lalu yang bolong. Banyak kaum muslimin memilih hari-hari di bulan Sya’ban untuk mengganti puasanya yang dibarengkan dengan puasa sunnah. Boleh ataukah tidak? Boleh asalkan mendahulukan niat dalam mengganti puasa. Toh, urusan pahala menjadi hak priogratif Allah semata.



    Walaupun qadha’ puasa seperti ini ada yang menghukumi makruh atas dasar hadis Nabi: “Tidak ada puasa setelah pertengahan Sya’ban sampai datangnya Ramadhan.” Namun ada juga yang membolehkan. Sebab hadis ini lebih dikhususkan untuk puasa Sunnah. Sedangkan qadha’ puasa hukumnya adalah wajib..



    Amalan yang kedua, memperbanyak shalawat kepada Rasulullah. Dimana Allah menurunkan surat al-Ahzab (33) ayat 56 pada bulan Sya’ban; “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya senantiasa bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi serta ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.


    Dalam menafsirkan ayat ini, melalui kitab Al-Gunyah, Syaikh Abdul Qadir al-Jailani menyampaikan: “Shalawat yang diberikan kepada Nabi adalah sebuah penghormatan, shalawat atas Nabi dari para malaikat merupakan pengejawantahan dari karamah, sedangkan shalawat atas Nabi dari kita selaku umat adalah permohonan syafaat dan pertolongan.



    Untuk memperoleh syafaat Nabi, berbagai macam shalawat bisa dilantunkan oleh umat Islam. Ada shawalat Nariyah, Munjiyat, Al-Fatih, Khawash dan lainnya. Shalawat yang terpendek adalah cukup membaca Allahumma shalli ‘ala sayyidina muhammad, wa ‘ala ali sayyidina muhammad. Mudah namun perlu istiqamah.




    Amalan yang ketiga, berziarah. Islam tidak pernah memberikan batasan umat Islam dalam pelaksanaan ziarah kubur. Akan tetapi ziarah kubur merupakan perintah Nabi yang bersifat sunnah dan sudah mentradisi di masyarakat Indonesia, khususnya di bulan Sya’ban atau Ruwah (nyekar arwah). Maka, sebuah kelaziman bagi umat Islam di bulan ini untuk melaksanakan ‘ruwahan’ dengan mendatangi makam, mendoakan keluarga yang telah meninggal serta mengadakan pengajian bersama.


    Sejatinya, mendidik jiwa atau ruhani kita pada bulan Sya’ban tidaklah mudah. Seringkali nasehat-nasehat tentang keutamaan dalam bulan Sya’ban kurang tersampaikan kepada umat Islam. Begitupula dengan amalan-amalan yang disunnahkan, tidak semua umat Islam tahu. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi individu umat Islam. Misalkan, berpuasa di tengah mereka yang tidak berpuasa, istiqamah bershalawat kepada Nabi, atau berziarah namun tidak ada yang menemani.


    Mumpung kita di bulan Sya’ban, mari kita tingkatkan amalan-amalan ini untuk mendidik ruhani kita walaupun dikerjakan bareng-bareng. Sangat dianjurkan mengajak anggota keluarga untuk berpuasa bareng, shalawatan bareng serta ziarah ke makam keluarga secara bersama-sama. Sebab kebersamaan dalam amalan-amalan adalah hal yang baik dan mampu memberikan semangat serta motivasi tersendiri. Wallahu A’lam...

    Komentar
    Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
    • Pendidikan Ruhani di Bulan Sya’ban - Andi Luqmanul Qosim, Lc., M.Pd.I

    Terkini